profil boys and roots

0

Biografi Boys N Roots – Sakai Vibration Full Album
Biografi Boys N Roots – Sakai Vibration Full Album
Boys n Roots adalah ketujuh anak muda yang berkeinginan untuk membangkitkan genre musik reggae di Indonesia. Ada Joe (vokal), Donny (bass), Mario (gitar), Imul (gitar), Hendrik (drum), Iir (perkusi), dan Defta (keyboard).
Mereka bertujuh bertemu di Bandung, dimana saat itu sedang ada sebuah pagelaran musik di Kota Bandung. Uniknya awal pertemuan mereka juga tidak lepas dari peran salah satu crew band group kawakan di Indonesia, yaitu Slank.
Awalnya mereka hanya bermain dari cafe ke cafe yang ada di Kota Bandung. Namun, ada yang unik pada penamaan band ini menjadi Boys n Roots. Dahulu nama band mereka sempat berganti-ganti, mulai dari Little G, lalu menjadi Sakai Roots.
Lalu hadirlah seorang executive producer, bernama Boy Nurmawan atau akrab disapa ‘Bang Boy’. Karena ia tertarik melihat performance grup band ini, ia langsung mendirikan sebuah perusahaan rekaman sendiri, dimana grup band Sakai Roots inipun namanya diganti menjadi Boys n Roots.
Bang Boy, yang turut hadir siang ini bersama grup band Boys n Roots, juga hadir bersama Ringgo Agus Rahman sebagai model video klip mereka. Lalu ada juga Andi /RIF yang turut datang ke acara ini, sembari berduet membawakan lagu bersama grup band Boys n Roots.
Ringgo sendiri mengatakan bahwa ia mensupport anak-anak Boys n Roots. “Zaman sekarang, semua genre itu bisa diterima di musik Indonesia. Termasuk Reggae juga bisa diterima oleh Indonesia. Justru Reggae itu unik,” jelas Ringgo.
Nama Boys n Roots memiliki makna tersendiri, yaitu ‘sekelompok anak muda yang mempunyai akar yang kuat’. Lagu-lagu mereka mengusung genre reggae easy listening, seperti lagu andalan mereka yang berjudul ‘Ngaku-Ngaku’.
Pada saatnya mereka akan merilis album ke pasaran yang berjudul ‘Sakai Vibration’. Lagunya tidak jauh dari tema cinta dan kesetiaan.diantaranya adalah,

Boys N Roots – I Say You Are The One
Boys N Roots – Longsay
Boys N Roots – Tenggang Rasa
Boys N Roots – Get up
Boys N Roots – Incer Body
Boys N Roots – Happy day
Boys N Roots – Sandra
Boys N Roots – Berangkat
Boys N Roots – Ngaku ngaku

Dan cukup samapi disini dulu informasi mengenai Biografi Boys N Roots – Sakai Vibration Full Album semoga bisa menambah wawasan kita semua dalam musik dan group band reggae khususnya di indonesia,,

awal terciptannya gangsrasta

0

Gangstarasta terbentuk tanggal 19 desember 2001 . band ini memilih aliran musik reggae karena jiwa dari musik tersebut dianggap dapat mewakiliii masing** pribadi personil . dari awal hingga terbenttuk’a kini gangstarasta telah banyak tampill di acara musiik darii jakarta sampaii ke berbagaii daerah

Personil ::
Emilio :: Vocal
Uncle Budd :: Drumss
Cuwox :: Keyboard
Darta :: Bass Guitar
Adit :: Percussion

Gangstarasta juga mempunyai misii mengembangkan cinta dan perdamaian tanpa perbedaan agama , ras , suku , dan status sosial . gangstarasta sudah banyak dikenall oleh banyak kalangan anak muda karna gangstarasta sering tampill di acarapentas seni sekolah sekolah yang adda di se’jadetabek serta acara musik lain’a di luar pullau . NTT , sulawesii , dan lainnya .

Gangstarasta juga pernah mengalahkan band ungu karna jumlah penontonnya berbanding 5ribu penontong dengan 50ribu penonton ditempat organizer dan even yang sama ..

beberapa lagu dari Gangstarasta nehh ..
~ Unity (bersama dengan Ras Muhamad)
~ Selebritis
~ Hilang
~ Langkah (bersama dengan Tony Q)
~ I’m Sorry baby
~ Sunshine
~ Lepas
~ Sunny Day
~ Whats up bro

Asal terbentuknya tony q

0

asal usul nama tony q
“tony q rastafara”
Tony Q Rastafara adalah ikon Musik Reggae Indonesia. Tony tidak sekedar mengadopsi dan memainkan musik reggae – genre musik yang di sebarlusakan dan dibesarkan oleh Robert Nesta Marley – tapi Tony berhasil memainkan musik reggae dgn rasa sangat Indonesia. Dia telah berhasil keluar dari bayang2 musisi reggae dunia: macam Bob Marley, Black Uhuru, Burning Spears, Jimmy Cliff dan Peter Mcintosh. Dia telah menciptakan Reggae Pribumi – Reggae yang sangat Indonesia.

Berikut perjalanan karir Tony Q Rsatafara.

Pria asal kota Semarang, Jawa Tengah, terlahir dengan nama Tony Waluyo Sukmoasih. Memulai karir bermusiknya sejak tahun 1989 dengan band Roots Rock Reggae. Biasa manggung di kafe-kafe dan acara pentas musik yang ada di Jakarta. Setelah lama bongkar pasang dalam band reggae seperti: Exodus Band, Rastaman Band, akhirnya pada tahun 1994 Tony Q membentuk band yang cukup terkenal sebagai pengusung aliran musik reggae di Indonesia pada waktu itu, yaitu Rastafara. Bersama Rastafara Tony Q sempat merilis album “Rambut Gimbal” pada tahun 1996 dan “Gue Falling in Love” pada tahun 1997. Hampir semua lagu-lagu di album tsb diciptakan sendiri oleh Tony Q, lirik lagu-nya banyak bercerita tentang tema sosial-kemasyarakatan, perdamaian dan cinta.

Perbedaan Rastafara pada waktu itu dengan band-band reggae lainnya adalah karena mereka berhasil memasukkan dan memadukan unsur-unsur musik traditional dengan gaya khas Indonesia kedalam musiknya sehingga terbentuklah musik reggae ala Indonesia yang bisa terlepas dari bayang-bayang musik reggae dunia seperti Bob Marley, Jimmy Cliff, Peter McIntosh atau Ziggy Marley. Penggunaan alat-alat musik tradisional seperti kendang Sunda dan Gamelan Jawa menambah warna musik Indonesia didalam lagu-lagu Rastafara. Dan pada aransemen musiknya sepintas juga terlihat unsur-unsur musik melayu atau bahkan musik khas Sumatra Barat.

Pada tahun 1997 Rastafara memutuskan untuk vakum dalam bermusik, hingga akhirnya Tony Q memutuskan untuk membentuk band baru dengan nama New Rastafara. Maka pada tahun 1998 terbentuklah Tony Q and New Rastafara, dengan format additional palyer. Tetapi kemudian Tony Q memutuskan untuk bersolo karir dengan tetap membawa nama band-nya Tony Q Rastafara, yang berhasil merilis album pada tahun 2000 yaitu “Damai Dengan Cinta”.

ALBUM Tony Q Rastafara:
Rambut Gimbal (1996)
Gue Falling in Love (1997)
Damai Dengan Cinta (2000)
Kronologi (2003)
Salam Damai (2005)
Anak Kampung (2007)
Presiden (2008)

Prestasi Tony Q Rastafara
1. Headliners “Bob Marley Festival”. Houston TX, USA (2002)
2. Invitation “Legend of Rasta Reggae Festival”. Houston TX, USA (2003-2005)
3. Putumayo World Music Album Compilation, “Reggae Playground” – single “Pat Gulipat” (2006)

asal terbentuknya souljah

0

SOULJAH terbentuk tahun 1998 oleh 5 orang sahabat yang sama-sama mahasiswa D3 Komunikasi Periklanan Universitas Indonesia. Sejak awal, pada waktu itu masih bernama ARIGATOO, SOULJAH memang sudah memainkan musik ska yang merupakan salah satu perkembangan dari musik asli Jamaika. Seiring waktu berjalan musik ARIGATOO semakin berkembang dan pada tahun 2004 mereka sepakat untuk mengganti nama ARIGATOO dengan SOULJAH. Momen ini juga menandakan keseriusan SOULJAH dalam bermusik dan komitmen mereka untuk terus konsisten berkarya dengan aliran musik yang mereka percayai adalah ‘jodoh’ mereka.

Komitmen dan konsistensi SOULJAH untuk serius bermusik dibuktikan dengan terus merilis album dan tetap aktif melakukan show ke berbagai daerah di Indonesia. Album pertama SOULJAH dirilis pada tahun 2005 dan diberi nama Breaking The Roots. Berisi 12 lagu, single Jamaica’s Away berhasil menarik perhatian masyarakat Indonesia, terutama bagi pecinta musik Jamaika.
Album kedua, Bersamamu, dirilis 2 tahun berikutnya dan diapresiasi sangat baik oleh banyak pecinta musik Indonesia. Single Bersamamu dan I’m Free menjadi favorit bagi banyak orang, terutama di kalangan anak-anak remaja. Tahun 2009 SOULJAH kembali merilis album ketiga yang diberi nama Mestakung. Single Tak Selalu kini adalah salah satu lagu yang paling ditunggu oleh Braddasouljah.

Setelah sekian kali personil datang dan pergi, SOULJAH kini mantap dengan Danar (vocal), Said (vocal), David (keyboard), dan Renhat (bass). Di atas panggung mereka dibantu oleh Nanda (drum), Otnai (gitar), Edot (trombone), Roding (trumpet), dan Dika (tenor saxophone).
Saat ini SOULJAH sedang mempersiapkan album keempat di sela-sela kesibukan mereka melakukan show baik di Jakarta maupun luar Jakarta. Selain itu mereka juga tetap konsentrasi menjalankan bisnis music label mereka yang diberi nama Offbeat Music Indonesia.
Tidak ada yang tidak mungkin, tidak ada yang tidak bisa; ini adalah sesuatu yang SOULJAH pelajari sepanjang karir bermusik mereka; from nothing to something.

DISCOGRAPHY

1. Kompilasi SKAMANIA, Sony Music Entertainment, 2000
2. Kompilasi ASIAN SKA FOUNDATION, Authority Records Japan, 2001
3. ARIGATOO, KAMI BUKAN PERAWAN LAGI, Senyum Tante Records, 2002
4. SOULJAH, BREAKING THE ROOTS, Offbeat Music Indonesia, 2005
5. SOULJAH, BERSAMAMU, Offbeat Music Indonesia, 2007
6. SOULJAH, MESTAKUNG, Offbeat Music Indonesia, 2009

asal terbentuknya monkey boots

0

Monkey Boots Masuk 20 Besar di Festival Musik Dunia

Lagi-lagi grup musik indonesia ikut dalam arena musik internasional. Belum hilang diingatan akan kehebohan Agnes menembus MTV EMA 2011, kini giliran grup band asal kota Jakarta, Monkey Boots, masuk ke dalam 20 besar pada festival musik ska internasional yang di gelar di London Inggris.

Prestasi mengejutkan ini membuat Monkey Boots berpeluang tampil sebagai band pembuka acara bertajuk ‘The London Intl Ska Festival 2012’ itu. Sesuai jadwal, grand final ini bakal digelar selama empat hari mulai tanggal 3 sampai 6 Mei 2012.

Tak mudah untuk masuk dalam 20 besar festival musik Ska Internasional tersebut. Monkey Boots berhasil lolos ke 20 besar dari persaingan 153 band lainnya dari seluruh dunia.

Monkey Boots mendaftarkan diri ke The London Intl Ska Festival 2012 Band Competition dengan cara mengirim email dan menyertakan tautan ke Facebook, YouTube, MySpace band dan lain-lain. Lagu yang kita kasih ke mereka ‘Djakarta,’ ‘Rough Gangster,’ ‘Tundukkan Hatimu’ dan beberapa video di YouTube.”

Menurut informasi terbaru di laman Facebook tersebut, band yang unggul dengan perolehan suara terbanyak nantinya akan berhak untuk menjadi band pembuka The London Intl Ska Festival 2012 dengan semua biaya perjalanan dan hotel ditanggung oleh pihak panitia. Sementara itu, beberapa nama penampil utama yang telah diumumkan akan mengisi The London International Ska Festival 2012 adalah The Dualers, Neol Davies aka The Selecter, Hotknives, The Moon Invaders (Belgia), Los Granadians (Spanyol) dan Capone & The Bullets.

The London International Ska Festival yang pertama telah berlangsung selama empat hari pada April 2011 lalu di teater Clapham Grand, London. Namun, festival ini pertama kali dipromosikan pada tahun 1988 oleh Sean Flowerdew dan diadakan di The Brixton Fridge dengan menampilkan Laurel Aitken, Bad Manners, Potato 5 dan band Flowerdew sendiri, The Loafers.

Monkey Boots sendiri terbentuk pada akhir tahun 2004 dengan line-up terakhir Denny (vokal), Adam (gitar), Ewok (drum), Indra (bas), Akbar (gitar), Aldo (saxophone), Edwin (trumpet), dan Acho (trombone). Band yang terbilang rajin tampil di skena lokal itu kini tengah menunggu album studio debut mereka yang rencananya berjudul Big Monkey dirilis. Dan singlenya yang berjudul “Tundukkan Hatimu” telah diputar di radio-radio.

Saingan Monkey Boots di 20 Besar:
Bigger Thomas, Green Room Rockers, Maddie Ruthless, See Spot, The Forthrights (Amerika Serikat), Los Furios (Kanada), Jamaica69 (Meksiko), The Kinky Coo Coo’s, The Oldians, Akatz (Spanyol), Bombskare (Skotlandia), The Simmertones, The Riffs, Jeramiah Ferrari, Offbeat Offence, The Downsetters (England), Captain Accident (Wales), Babylove and the Van Dangos (Denmark) dan The Liptones (Swedia).

sejarah terbentuknya jamaica

0

Jamica Band adalah nama lama untuk musik Reggae di Jakarta ini. Band Reggae yang satu ini pernah merasakan pahit dan manis dalam perjalanan karir mereka. Jamica diambil dari kata Jakarta minggir kali dan menurut mereka ini melenceng jauh dari Jamaica (nama sebuah kota di Afrika).

 
Band ini memiliki 6 personel dimana dua personel telah berpulang karena menjadi korban musibah saat kejadian jebolnya Bendungan Situ Gintung pada 27 Maret 2009. Nama personel diantaranya adalah Dolly (vocal), Almarhum Sidik Permana (guitar), Almarhum Ariwibowo (bass), Piye (keyboard), Boyjamz (guitar), dan Dino (Drum). Meskipun tinggal 4 personel, Jamica Band akan tetap melanjutkan cita-cita mereka tersebut.
 
Pelantun “Follow Me You’ll Be Happy” ini dalam waktu yang cukup lama setelah sepeninggal kedua personelnya, kini band tersebut mengeluarkan mini album mereka yang bertajuk “Reborn” dengan hits single “Lagu Cinta” yang merupakan ciptaan dari almarhum Sidik Permana pemain gitar Jamica Band. Dua lagu lainnya dalam album tersebut sempat menjadi original soundtrack dari film “Lost in Papua”, yaitu “1111 (Seribu Seratus Sepuluh Satu)”. Nayacom Mediatama mempercayakan kepada Jamica Band untuk membawakan lagu untuk original soundtrack film tersebut.
 

Beberapa waktu lalu Jamica membuat wadah bagi para penggemar Jamica Band, dengan sebutan Jembiyhood (persaudaraan Jamica). Lagu “Kumaha Sia” dan Jamica2 (Jangan Anggap mimpi ini cuma Angan-Angan) kami persembahkan khusus untuk para penggemar mereka yang begitu luar biasa, kecintaan dan kesetiaan para penggemar merupakan bahan bakar bagi Jamica Band dalam membuat karya lagu-lagu Jamica.

asal terbuat steven jam dan steven and coconut tress

0

Kalian pasti kenal dong dengan musisi Tepenk atau biasa di panggil Steven, yaitu vokalis dari Steven N coconut Trees atau Steven Jam ini.  Dan ketika masih di bangku sekolah dasar, ternyata Steven sudah mengenal musik Reggae. Hal itu didapat dari pamannya yang memang senang dengan musik Reggae. Hampir setiap pagi, pamannya selalu menikmati lagu-lagu Bob Marley dan secara tak langsung juga didengar oleh Tepenk, panggilan akrab Steven.

Kehidupan di masa kecil itulah yang menginspirasi Steven bermain musik Reggae hingga saat ini. Meski pada masa awal ia hadir di ranah permusikan Indonesia, penikmat musik di tanah air kebanyakan mengenalnya sebagai Steven Scope, vokalis Band yang bergenre punk alternatif. Waktu itu rambutnya gimbal lebat dan agak panjang. Gaya dan penampilan yang sama seperti saat Reggae Indonesia bertemu di kawasan Jakarta Barat untuk ngobrol-ngobrol.

Pria kelahiran Pekan baru, 3 januari 1975 ini mulai bermain musik saat ia masih duduk di bangku SMP. Steven sempat memainkan musik metal sampai ia duduk di bangku SMA . Karena memang di zaman itu, tepatnya di tahun 1992 musik jenis Thrash Metal sangat digandrungi oleh kaum muda. Bahkan bisa dibilang eksistensi dari musik tersebut mendominasi perhelatan musik di tanah air. ”Jadi emang dasarnya gue udah suka Reggae. Cuma waktu itu menjelang gue main band sudah smp. Terus menjelang ke SMA gue cari tandem Reggae, yang main Reggae itu susah banget. Terus pas gue lagi SMA itu kan lagi gila-gilanya trash metal”, Steven menegaskan.

Lajang yang memiliki nama asli Stevan Nugraha Kaligis ini baru menemukan tandem untuk bermain Reggae ketika menginjak dunia kampus. Namun tak lantas ia meninggalkan musik berjenis metal, suara distorsi sepertinya sudah kadung melekat dan sulit untuk ditinggalkan begitu saja. Sekadar catatan, Steven pernah berkuliah namun tidak sampai tamat di dua kampus berbeda.

Steven mengakui hanya dua sound yang paling disukainya di dunia ini, Reggae dan distortion. . Dua hal yang sebenarnya bertolak belakang, tetapi itulah Steven. Tipikal anak muda yang sepertinya memang senang bereksplorasi. Ia mengombinasi keduanya. Dan hasilnya adalah alternative punk, yang diusung sama-sama dalam sebuah band alternative yang dilabeli dengan nama Scope. Band yang mengawali debut Steven di belantika musik tanah air. Di setiap album Scope dipaksakan agar terdapat sound Reggae. Sehingga ia punya kesempatan untuk berkolaborasi. ”Gue punya 3 album sama Scope. Jadi punya kesempatan kolaborasi itu justru di Scope. Album yang ke-2 sama Tony Q Rastafara. Terus yang ke-3 sama Almarhum Imanez. Jadi setiap album itu ada satu lagu yang gue paksain untuk mainin Reggae”, demikian Steven menjelaskan album yang sudah dikeluarkan bersama Band Scope.

Selain Bob Marley, Steven punya orang-orang dari negeri sendiri yang cukup memberikan inspirasi pada dirinya dalam memainkan musik Reggae. Orang-orang tersebut adalah musisi Reggae yang pernah berkolaborasi bersamanya dalam membawakan lagu Reggae, Almarhum Imanez dan Tony Q Rastafara. Imanez menurutnya adalah sosok pemusik yang dapat mengombinasikan bagaimana Reggae dapat diterima di telinga orang-orang Indonesia. Menurut Steven, Almarhum Imanez dapat memainkan Reggae dengan gayanya. Sementara Tony Q Rastafara mengajarkannya banyak hal tentang bagaimana untuk dapat bertahan dan konsisten terus di jalurnya, khususnya musik Reggae. Steven memiliki kekaguman tersendiri terhadap Tony Q Rastafara yang hingga saat ini sudah hampir 22 tahun bermain Reggae dan masih tetap bertahan. Meskipun tidak terlalu melesak dibandingkan musik-musik yang sedang tren, menurut Steven, Tony Q Rastafara mampu “menularkan virus” musik Reggae di Indonesia. Menurut kesaksian Steven, jika dibandingkan dengan masa-masa dulu, saat ini musik Reggae sudah ada di hati para penggemarnya.

Sedangkan untuk pemusik mancanegara, selain menyukai Bob Marley, Steven juga suka Big Mountain dan Three Eleven (311). “Walaupun 311 tidak memainkan musik Reggae tapi beberapa lagunya cukup asyik untuk didengar”, demikian Steven menegaskan. Termasuk seperti Black Uhuru dan Freddie McGregor, ia juga menyukainya.

PEMANTIK REGGAE INDONESIA
Keinginan yang besar untuk membuat album Reggae sendiri ia wujudkan dengan merilis album solonya yang bertajuk The Other Side. Itulah yang menjadi album pertama Steven yang juga tidak terlepas dari campur tangan dingin Tony Q Rastafara, Ikon Musik Reggae di Indonesia, yang membantu dalam proses pembuatan album pertamanya.

Meski demikian Steven juga tidak terlepas dari persoalan pasar, di mana Reggae masih sangat sulit untuk menembus industri musik tanah air. Ia harus jungkir balik menawarkan albumnya ke label-label industri musik untuk mencoba menembus pasar dan melawan genre yang sedang populer di Indonesia. Menurutnya, saat itu industri musik Indonesia sangat underestimate, sehingga meremehkan keberadaan musik Reggae.

Dengan keluarnya album The Other Side, ternyata Steven mampu memutarbalikkan anggapan pasar industri musik di tanah air. Singel berbahasa Inggris sebagai hits andalan di album itu, Welcome To My Paradise, mampu menggebrak pasar industri musik di tanah air. Dengan sedikit merendah, Steven menyebut hal ini dengan pemantik bagi Musik Reggae di Indonesia.

BAND STEVEN & COCONUTTREEZ
Pertarungan yang keras tidak mematahkan semangatnya untuk terus bermain musik Reggae. Hingga akhirnya Steven bisa menelurkan album keduanya. Meski menurutnya band di mana tempat dia berkarya bisa dibilang ilegal karena tidak punya kontrak dengan perusahaan manapun. Kebersamaannya dengan personil Band Steven & Coconuttreez tidak dibangun di atas secarik kertas atau ikatan kontrak. Intensitas dalam keseharian bersama grupnya telah membentuk ikatan moral yang diyakininya lebih kuat dari kekuatan apapun. Steven menyebut hubungan itu dengan kata gentlemen agreement.

Album perdananya di tahun 2005, The Other Side ditegaskan Steven adalah sebagai sebuah album solo dengan nama Steven & Coconuttreezz. Kesepakatan untuk mengganti Steven & Coconuttrezz dari solo menjadi sebuah band justru baru diwujudkan pada tahun 2006. Di saat mengeluarkan album keduanya. Hingga kini Steven & Coconuttreez sudah memiliki tiga buah album. Sebagai album yang paling terakhir bertajuk Good Atmosphere.

Steven memastikan bahwa sampai saat ini Band Steven & Coconuttreez masih ada. Hanya saja sedang break untuk sementara waktu. ”Sedang refresh”, begitu Steven menggambarkan. Beberapa personilnya sedang mencoba untuk membuat solo album. Ketika ditanyakan kapan Steven & Coconuttreez akan kembali, Steven menerangkan ”Belum tau kapan kumpul lagi. Waktunya refresh itu kan biasa dalam berkesenian. Refresh itu sangat tergantung pada mood, masing-masing tunggu mood-nya pas. Dan menurut feeling gue, pasti ada kangennya. Saat rasa kangen itu datang, kan enak tuh! Kalaupun dipaksakan, misalnya tahun depan, iya kalau mood-nya sudah bagus. Kalau belum bagus, juga gak bakalan menghasilkan apa-apa”.

Reggae sebagai musik yang awalnya dianggap bagian dari dunia kelam dan minoritas, bahkan major label memandang remeh karena dianggap tidak membawa keuntungan finansial, tiba-tiba terbang ke udara dan menciptakan suasana pertemanan. Musik ini juga menyampaikan cukup kritik, bercerita sesuatu yang berada di sekitar dunia sosial kita dengan cukup santun dan mudah didengarkan. Semua orang bisa berdendang dan ikut berdansa.

Seketika pikiran kebanyakan orang menjadi terbuka, setidaknya membuka mata dan lebih jauh merasakan kedahsyatan musik yang terlahir dari Negara Jamaika ini. Reggae meng-influence di kehidupan masyarakat Indonesia. Walaupun tidak menciptakan ledakan namun banyak sudah yang merasakan, adanya daya tersendiri dari musik Reggae dan komunitas yang menjadi bagiannya.
Steven yakin semua terjadi memang karena sudah ada kerja-kerja dan karya yang dilakukan orang di waktu-waktu sebelumnya. Itu sebab kenapa ia menolak disebut sebagai pelopor Reggae di Indonesia.

Secara jujur Steven mengakui, bahwa ia tidak menginginkan adanya ledakan yang sangat dahsyat dalam musik Reggae di Indonesia. Kecenderungan tren musik di Indonesia diilustrasikan Steven seperti bunyi ledakan yang mudah hilang. Menurutnya Indonesia memiliki standar tren musik yang mudah berubah-ubah. Ketika Indonesia sedang dilanda musik indie, maka para musisi dan penggemar musik di Indonesia akan menggandrungi indie. Tapi begitu trennya berganti haluan menjadi pop, sedikit demi sedikit kebanyakan dari mereka akan menepi ke pop. ”Sekarang trennya mungkin agak lama, terus yang seragam sekarang ini sedang mengekspos cinta-cintaan”, begitu Steven menjelaskan.

Sedangkan dalam musik Reggae di Indonesia hal itu tidak akan terjadi. Steven menegaskan, ”Reggae setidaknya memiliki line tersendiri”. Karena Reggae di Indonesia kuat pada tataran komunitas. Komunitas yang fanatik dalam musik Reggae tidak akan terpengaruh terhadap kecenderungan tren yang ada.

Bob Marley dipastikan tetap mengispirasi dalam setiap album yang digarap Steven, namun bukan berarti hal itu menjadikan ia sebagai Marley centris. Menurut Steven, kebanyakan namun bukan suatu kesalahan, banyak band Reggae baru di Indonesia yang terlalu Marley centris. ”Mau jadi Bob Marley? ngedeketin (menyamakan-RI) aja susah. Sekarang mereka memang bisa mirip Marley pada akhirnya, kasarnya seperti mukjizat. Tapi kan orang mendingan dengar Bob Marley. Mereka cuma mirip doang, mending mereka dengar aslinya (Bob Marley-RI)”, begitu Steven menceritakan.

Steven mengharapkan band-band Reggae Indonesia yang ada sekarang ini untuk bermain lebih jujur, untuk mengeluarkan semua yang dimiliki. Sehingga akan dihasilkan musik yang lebih orisinil. Kalaupun dianggap tidak orisinil dalam genrenya, setidaknya orisinil dalam style-nya.

Pria yang pernah mengamen di kawasan Bulungan, Jakarta selama 2 tahun ini menjelaskan bahwa ia mengadaptasi Bob Marley hanya sebatas pada spirit dan proses bermusiknya, dalam hal musikalitas belaka. Tapi kalau bicara masalah kepercayaan, ia tidak mengikuti apa yang telah Bob Marley lakukan, yaitu mengikuti Ajaran Rastafarian. Dikarenakan ia akan tetap memeluk agama yang sudah dianutnya sejak lahir. Dengan tegas ia mengatakan, ”Bagi gue, Marley bukan nabi”.

Steven menjelaskan bahwa dalam keseharian, kultur, dan jaman sekarang ini sudah berbeda dengan apa yang dialami Bob Marley saat ia bermain musik. ”Jamannya Reggae, jamannya Bob Marley itu lagi revolusi. Sedangkan gue, kasarnya jamannya lagi survive. Jamannya sudah beda. Itu akhirnya berpengaruh ke lirik-lirik yang gue bikin”, Steven menambahkan.

ALBUM STEVEN JAM
Ia menegaskan bahwa nuansa musikalitas dalam Steven Jam akan terdengar berbeda dengan apa yang sudah ada dalam band terdahulunya, Steven & Coconuttreez. Dalam album terbarunya, Feel The Vibration, Masyarakat Reggae Indonesia akan mendengarkan campuran dua sound yang berbeda, distorsi dan Reggae. Ditambah pola-pola brass section yang akan banyak diperdengarkan dalam album Steven Jam. Kebanyakan lriik dalam album ini lebih ke arah sosial sehingga akan dikurangi pada porsi politik. Karena menurutnya sudah ada Iwan fals dan Slank yang mewakili itu.

Ketidaktertarikan Steven mengeksplorasi lirik-lirik politik disebabkan anggapan bahwa sudah banyak ”orang pintar” yang berbicara mengenai politik. ”Maraknya demo di jalan yang jelas-jelas bernuansa politik saja tidak didengar, apalagi gue. Gue mungkin perlu proses untuk itu. Orang yang dengar Reggae kan sedikit, apa mungkin Reggae juga akan didengar oleh mereka yang sudah duduk di kursi yang enak?”, begitu Steven berpendapat.

Steven ingin Reggae di Indonesia tidak menjadi kotak, kelihatan seperti terdapat ruh. Masih menurutnya, sebaiknya Reggae itu bisa dikombinasikan dengan sound dan genre musik-musik yang lain biar tidak monoton.
Dalam Steven Jam, mayoritas dipastikan akan diperkuat oleh addtional player. Di samping itu Steven juga tetap menggandeng Teguh (Tege Dreads-RI), teman lamanya dalam Band Steven & Coconuttreez.

Untuk album ini rencananya akan ada sebelas lagu yang tentunya dipilh paling asyik dan enak didengar bagi para pecinta musik Reggae. Padahal Steven sendiri mengaku telah membuat 28 lagu baru, ”Hitung-hitung untuk stok mendatang”, begitu katanya.

Dipastikan album ini akan berbeda dengan lagu-lagu sebelumnya. Karena ia ingin sekali punya warna sendiri, atau istilahnya ia katakan dengan sebutan Steven Area. Lirik dan aransemen dikerjakan sendiri, termasuk produser tambah operator disikat semuanya. Bahkan beberapa instrumen juga dimainkannya sendiri. Ia menyebutnya dengan kata ”monopoli” dalam penggarapan albumnya kali ini.

PEMBAJAKAN DAN RBT: DILEMA!
Dalam perbincangannya dengan Reggae Indonesia terkait maraknya praktek pembajakan, Steven sangat berharap karya yg ia hasilkan di dalam album terbaru ini terhindar dari pembajakan, walaupun kita semua bisa meyakini bahwa praktek pembajakan di tanah air sulit untuk diberantas.

Karena ia memiliki pengalaman tersendiri dengan benalu dalam karya musik di Indonesia ini. Pada saat album pertamanya baru dirilis dalam bentuk kaset, ternyata compact disc versi bajakannya sudah beredar luas di pasaran. Tidak hanya Steven, tapi seluruh musisi di belahan dunia manapun pasti akan geram menghadapi kenyataan ini. Menurut pengakuannya, saat penggarapan album The Other Side tersebut ia sempat mengalami demam dan menurutnya pengerjaan album itu lebih capek daripada orang bermain bola selama 6 tahun. Namun ia mencoba untuk berbesar hati dan mengedepankan pemikiran yang positif, bahwa hal itu bisa digunakan untuk promosi terselubung.

Di sisi lain, Ring Back Tone (RBT) pada akhirnya menjadi dilema bagi Steven sebagai pemusik. RBT sekarang ini memang sudah menjadi lifestyle. Memang RBT tidak bisa dibajak. Tapi kalau didengarkan hanya sepenggal saja, orang tidak akan bisa menikmati musiknya secara keseluruhan. Ibarat dua kutub magnet yang berbeda, finansial dan musikalitas sekali lagi menjadi acuan tersendiri bagi industri musik di Indonesia. Ironisnya, masyarakat kini lebih suka membeli RBT daripada kaset atau CD-nya.

Mari rasakan bersama getaran yang baru dari Steven Jam. Biar lebih asyik dan asli getarannya serta tidak merasakan hanya sepotong, Masyarakat Reggae Indonesia disarankan untuk tidak hanya membeli RBT-nya tapi juga membeli kaset atau CD aslinya. Masyarakatkan Reggae Indonesia dan Reggaekan Masyarakat Indonesia. Feel The Vibration!